19 C
Indonesia
Wednesday, October 22, 2025

Detik, Menit, dan Hasil: Filosofi Waktu di Balik Lahirnya AdsMinutes.com

Di dunia entrepreneurship, jarak antara “pengangguran” dan...

Founder, Sudah Saatnya Kisahmu Ditulis

Setiap startup punya cerita.Ada yang dimulai dari...

Pertumbuhan Bisnis Berdasarkan Detak Waktu, Analogi Pebisnis

Ini adalah kali pertama saya membangun sebuah...

Dari Indomie ke GMT: Cerita Founder Jalanan yang Tahu Waktu

PerjalananDari Indomie ke GMT: Cerita Founder Jalanan yang Tahu Waktu

Dulu waktu cuma punya Indomie, gue belajar sabar. Sekarang, gue punya GMT, bukan buat gaya-gayaan — tapi pengingat bahwa waktu itu mahal, dan gue nggak mau buang-buang lagi.”

Seorang founder pernah bilang, startup itu bukan soal cepat, tapi soal kuat. Bukan siapa yang mulai duluan, tapi siapa yang tahan sampai akhir. Dan di tengah perjalanan itu, ada banyak cerita yang nggak masuk pitch deck. Seperti makan mie tiap malam, tidur di sofa kantor, ditolak investor, atau ditinggal co-founder.

Tapi semua itu bagian dari waktu yang diinvestasikan. Bukan waktu yang hilang.


Waktu yang Ditebus Dengan Rasa Sakit

Brand ini nggak lahir dari meja coworking space yang tenang. Ini lahir dari kamar kos yang berisik, koneksi Wi-Fi yang kadang mati pas ngoding, dan rasa lapar yang sering cuma ditemani air putih. Tapi itu semua jadi bagian dari jam termahal yang pernah dimiliki: waktu berjuang sendirian.

Waktu itu, belum ada tim. Belum ada revenue. Belum ada validasi. Cuma ada satu hal: percaya sama diri sendiri, bahkan saat nggak ada yang percaya.


Dari Mimpi ke GMT

Beberapa tahun berlalu. Startup mulai jalan. Ada tim kecil. Ada klien pertama. Ada momen-momen kecil yang bikin ngerasa, “kayaknya gue bisa nih.”

Sampai akhirnya titik itu datang:
Revenue konsisten. Program jalan. Investor masuk.
Dan di hari itu, founder ini memutuskan beli jam tangan. Bukan sekadar jam, tapi Rolex GMT-Master II.

Buat sebagian orang, ini jam mahal. Tapi buat dia, ini bukan soal harganya.
Ini tentang merayakan waktu yang nggak semua orang lihat.


Bukan Soal Gaya. Tapi Tentang Progres.

Dia bilang:

“Gue nggak beli jam buat flexing. Tapi karena gue tahu rasanya nggak punya apa-apa, bahkan waktu istirahat. Sekarang, gue pakai ini buat ngingetin diri sendiri — bahwa setiap menit itu bernilai.”

Jam ini nggak ubah dia. Tapi jam ini bikin dia ingat:
Kalau hari ini bisa punya tim, bisa punya mimpi, bisa punya masa depan — itu semua karena dulu dia bertahan.
Di waktu yang paling berat.


Akhirnya: Semua Founder Punya Jamnya Sendiri

Mungkin bukan GMT. Mungkin bukan jam tangan. Tapi setiap founder punya versi “GMT”-nya sendiri. Sesuatu yang dibeli bukan buat pamer, tapi buat bilang ke diri sendiri: “Gue sampai di titik ini bukan karena hoki. Tapi karena gue jalanin semuanya.”

Kalau kamu lagi di titik makan Indomie dan nyari investor, jangan lupa: waktu kamu sekarang, lagi membentuk versi kamu nanti.

Karena semua brand nggak lahir dalam semalam. Tapi setiap malam yang kamu lewati, itu bagian dari proses kelahiran itu sendiri.


StartupJournalist.org
Catatan Jalanan Para Perintis

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles