Ada satu paradoks yang sering kita abaikan: kejayaan dan keberhasilan adalah musuh terbesar seorang entrepreneur.
Kenapa? Karena keberhasilan sering membawa satu racun yang tak kasat mata: kepuasan.
Di titik ketika kita merasa puas—merasa sudah sampai di puncak—di situlah bahaya mengintai. Kepuasan menciptakan ilusi bahwa kita sudah aman. Kita lengah. Kita lupa bahwa dunia bisnis tidak pernah statis. Pasar berubah, teknologi berubah, perilaku konsumen berubah. Tapi kita? Kita berhenti beradaptasi.
Resilience dan adaptiveness bukan sekadar jargon. Ia adalah skill bertahan hidup. Dan skill ini tidak bisa dilatih di saat krisis saja. Ia harus jadi mindset sejak awal. Karena bisnis bukan sprint, ini maraton dengan medan yang terus berubah.
Jadi, kalau hari ini kamu sedang berada di titik nyaman—pertanyaannya sederhana: apakah kamu siap kalau besok semua yang kamu bangun tidak lagi relevan?
Kejayaan bukan akhir perjalanan. Ia hanya satu pit stop. Jangan jadikan kepuasan sebagai alasan untuk berhenti. Karena saat kamu berhenti, dunia terus bergerak.