Kadang menjadi founder itu mirip pertunjukan sulap: di depan orang lain, kita terlihat tenang, percaya diri, visioner.
Di balik layar? Kita berteriak. Tapi teriakan itu cuma bergema di kepala sendiri.
Hari ini bukan cuma soal “bayar server.” Ada tagihan lain yang datang berjamaah, seperti tahu jadwalnya: operasional bisnis, cicilan, gaji tim yang terus naik, tapi revenue yang enggan ikut naik.
Semua orang menuntut lebih, termasuk dirimu sendiri.
Sementara kamu bahkan tidak sempat menghitung gaji sendiri. Karena kalau dipikir, apa yang mau dihitung? Minus? Ya, masih banyak.
Dan ironisnya, di saat semua orang sibuk mencari kenyamanan, kita justru sedang menandatangani kontrak dengan ketidakpastian.
Ingin mengeluh? Silakan. Tapi mengeluh tidak mengurangi nominal tagihan.
Jadi kita diam, memutar otak lagi.
Mencoba menenangkan diri dengan kalimat:
“Ini harga dari mimpi. Kalau tidak sanggup bayar, ya jangan punya mimpi.”
Selamat datang di dunia yang tidak semua orang siap masuk:
Dunia startup. Dunia yang katanya glamor, tapi sering kali isinya cuma angka merah di Excel.
⚡ “Kalau kamu sekarang sedang berada di fase ini, angkat tangan—bukan untuk menyerah, tapi untuk bilang: ‘Oke, ini bukan cuma gue yang gila.’”