Tak ada buku panduan yang benar-benar sempurna yang dapat dijadikan referensi saat kita memutuskan untuk memulai sebuah bisnis. Sama seperti saat pertama kali menjadi orang tua—semuanya serba baru, menegangkan, dan jujur saja… kadang menakutkan.
Karena sejatinya, membangun bisnis itu seperti membesarkan seorang anak. Ia lahir dari ide, dari doa-doa di malam hari yang sunyi, dari keyakinan yang mungkin tidak dimengerti oleh siapa pun kecuali diri sendiri.
Awalnya masih rapuh, baru belajar merangkak – salah sedikit bisa jatuh. Tapi setiap kali ia tersungkur, kita mengulurkan tangan, memeluknya, menguatkan, lalu berkata, “Ayo, coba lagi.”
Kita memberinya nama – membangun identitasnya, kita jaga dari orang-orang yang mungkin tidak peduli, membelanya ketika ada yang meremehkan. Kita rawat setiap hari – tanpa hari libur, tanpa jaminan akan dibalas setimpal.
Saat bisnis mulai tumbuh seperti seorang anak yang mulai belajar bicara dan berlari, rasa haru itu muncul. Ada kebanggaan tersendiri ketika melihat hasil jerih payah selama ini mulai tampak, berbarengan dengan kekhawatiran: apakah aku sudah cukup baik dalam menjaganya? Apakah dia akan kuat menghadapi dunia luar yang kadang kejam?
Kadang saat sepi pelanggan dan pikiran akan kerugian besar datang, seperti menghadapi anak yang sedang demam, kita tak bisa tidur – terjaga sepanjang malam, berdoa, mencari harapan, hingga rela mengorbankan banyak hal, bahkan diri sendiri demi ia bisa pulih dan tersenyum lagi.
Namun ada juga hari-hari dimana kita lelah dan ingin menyerah, saat kecewa terasa lebih besar dari cinta yang kita punya. Tapi persis seperti saat melihat anak tertidur dengan damai—kita tahu, kita tidak akan benar-benar bisa meninggalkannya.
Karena bisnis ini bukan sekadar alat cari uang, ia adalah bagian dari hidup. Tempat kita bertumbuh, belajar, jatuh, dan bangkit. Ia adalah cermin dari semangat dan luka yang kita sembuhkan satu per satu.
Dan kelak, seperti anak yang dewasa, bisnis itu akan berdiri di atas kakinya sendiri. Ia akan berjalan lebih jauh dari yang kita bayangkan. Ia akan menjadi warisan, bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga dalam bentuk nilai, kerja keras, dan cinta yang tulus.
Jadi untuk kamu yang sedang merasa sendiri dalam membangun bisnis:
Kamu tidak sendiri, kamu sedang membesarkan sesuatu yang sangat berharga.
Rawat ia seperti kamu merawat impianmu dengan sabar, dengan kasih, dan seluruh hatimu.