22.5 C
Indonesia
Friday, November 14, 2025

Seconds, Minutes, and Results: The Philosophy of Time Behind AdsMinutes.com

In the world of entrepreneurship, the distance...

Founder, Sudah Saatnya Kisahmu Ditulis

Setiap startup punya cerita.Ada yang dimulai dari...

Pertumbuhan Bisnis Berdasarkan Detak Waktu, Analogi Pebisnis

Ini adalah kali pertama saya membangun sebuah...

Bisnis, Kepercayaan & Kegagalan

ArtBisnis, Kepercayaan & Kegagalan

Kunci utama dalam membangun bisnis adalah kepercayaan satu sama lainnya yang dibangun dengan komitmen dan tanggung jawab.

Apakah kamu seorang founder, perintis bisnis dari idea yang kamu coba upayakan menjadi sebuah bisnis yang kamu harap dia bisa jadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat untuk dirimu tapi juga semua orang yang ada didalamnya? Jika iya, maka selamat dan welcome to founder club. Karena perjalanan founder itu tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan rencana dan harapan awalnya. *tapi saya tidak tahu bagaimana cerita founder yang langsung sukses dalam 3 bulan.

Sejauh saya memulai merintis bisnis sekaligus menjadi venture builder bisnis, hampir semua idea, bisnis, startup apapun itu hampir melalui alur yang sama, yaitu proses penciptaan idea, concept hingga sampai ketahap rilis yang ujungnya untuk menciptakan customer. Dimana tahap pertama keberhasilan bisnis adalah menciptakan customer, jika bisnis kita sudah ada customer meskipun 1 artinya itu keberhasilan kita pertama. Selamat!

Selanjutnya, kita akan masuk ke fase kedua keberhasilan dan tantangan lainnya, yaitu mempertahankan keberhasilan yang sudah ada sembari menciptakan keberhasilan lainnya, memperoleh lebih banyak customer, mempertahankan customer hingga membuat bisnis tidak bergantung dengan kita (founder), saat kita mendirikan bisnis, semua hal kita kerahkan, kita membuat hal-hal dari hati, semua hal kita buat yang terbaik sampai akhirnya ada customer pertama yang suka dan percaya dengan apa yang kita buat. Dalam hal ini saya tidak menyebut itu product/jasa melainkan saya menyebut disini sebuah brand / bisnis. Sehingga yang kita bangun disini adalah brand/bisnis kita yang berasal dari imajinasi kita diawal.

Disinilah awal mula permasalahan…

Saat semua bisnis sudah berjalan, brand sudah berdiri, kita sudah mendapatkan customer bahkan bisa melipatgandakan customer lainnya, artinya kita sudah ada ditahap keberhasilan pertama dan tinggal mempertahankan proses ini dengan konsisten. Apa yang sudah berhasil kita pertahankan, apa yang belum berhasil kita coba cari solusinya sehingga bisnis akan dituntut untuk terus belajar dari waktu kewaktu dan tidak puas dengan kondisi yang sudah ada.

Tapi..

Saat kita sudah kebanjiran order, punya lebih banyak pelanggan, disitulah kita (founder) akan mulai merakan bahwa waktu kita 24jam ini tidaklah cukup. Saat ada customer datang, mereka percaya dengan kita sebagai founder, mereka percaya bahwa kita bisa membantu mereka, brand kita cocok dengan mereka, sehingga disini value founder diakui oleh customer yang harapannya customer puas dengan itu. Tapi, bayangkan jika semakin lama semakin banyak, maka waktu founder tersebut semakin singkat bukan? yang awalnya kita memberikan pelayanan ramah dengan customer, menjadi buru-buru dan menjadi lebih crawded dan bisa saja kualitas menjadi menurun.

Saat itulah founder merekrut seorang Manager / co-founder

Saat bisnis mulai ramai, lalu founder merekrut co-founder untuk membantu dia agar memberikan pelayanan ataupun membantu sisi lainnya agar punya 2 tenaga. dengan asumsi semua kualitas, visi, masih tetap sama. itu adalah harapan dari founder.

Tapi, justru ternyata itu menjadi mala petaka diawal cerita, Saat founder merekrut co-founder sebenarnya dia membagi KEPERCAYAAN & VALUE yang sudah founder bangun sejak awal dalam pendirian bisnis / brand tersebut.

Pertanyaanya : Apakah co-founder punya value dan quality yang sama dengan founder?

Saat sang founder pertama menciptakan brand / bisnis, dengan semua hal sepenuh hati dengan semua hal diperhatikan dengan baik agar menciptakan quality product, services yang tidak sembarangan. Belum tentu sang co-founder punya karakter yang sama, alih-alih punya cara membangun yang sama, bisa jadi saat membangun product, service dibuat dengan asal-asalan.

Suatu waktu, ada banyak customer complain, repeat order menurun, product banyak un-quality, sehingga lama-lama customer pergi, sang founder bertanya, kenapa ya customer semakin sedikit? Saat customer semakin sedikit, loyalitas pelanggan rendah, bisnis mulai goyah karena semakin berkembang biaya operasional bisnis tentu tidak sama lagi dengan tahap pertama saat dia hanya sendiri (founder). Ada biaya lain yang harus dibayar, contohnya operasional produksi, brand maintenance, gaji karyawan, dan biaya lainnya yang menjadi ada, saat bisnis tidak lagi dijalankan oleh founder sendiri.

Tapi, anehnya pertanyaan tersebut masih menjadi misteri sang founder : apa yang menyebabkan penurunan customer loyalty dan juga banyak complain terhadap layanan.

Sayangnya hal tersebut cenderung bias, krn biasanya founder & co-founder saling percaya satu sama lain.

Tapi founder lupa bahwa, bisa jadi co-founder tersebut memang belum memahami quality yang sama? setelah semuanya berjalan lama dengan pertanyaan yang sama, masalah lainnya terjadi yaitu, kenapa founder bukan semakin ringan tapi semakin sibuk? padahal sudah ada co-founder?

Ternyata semua terjawab, adanya co-founder bisa jadi baik atau tidak semua tergantung bagaimana proses dibalik layarnya, saat founder pertama mengajak co-founder, ternyata co-founder tersebut tidak memposisikan sebagai pemimpin yang sama-sama sedang membangun tapi memposisikan sebagai seorang yang sedang bekerja. Apa dampaknya? saat co-founder memposisikan diri sebagai sedang bekerja, maka dia akan bekerja ketika ada pekerjaan, ketika ada tugas, bukan bergerak sendiri, inisiatif sendiri, pekerja mentality, sehingga saat kondisi misalnya sedang banyak customer, co-founder nunggu diberi tugas baru jalan.

Sehingga tanpa sadar, founder tersebut bukan TERBANTU, tapi memiliki tambahan tugas tanpa dia sadar yaitu menjadi MENTOR / ATASAN. yang tugasnya memberikan tugas kepada co-founder, monitoring, planning, evaluasi (PDCA), Niatnya cari co-founder untuk membantu founder scaleup tapi justru adanya co-founder buat tambahan beban pekerjaan baru, bukan jadi founder tapi jadi manager yang fokusnya monitoring kinerja co-founder.

Lalu, saat suatu waktu dalam kondisi sulit founder harus berlari untuk memperbaiki bisnis yang sedang jatuh, co-founder bukan ikut fokus membantu untuk bisnis bangkit, tapi justru fokus dengan hal lainnya. Sehingga founder bangkit dan menyelamatkan brand itu sendiri. Kenapa? karena brand bisnis tersebut diarasa sudah tidak menguntungkan bagi co-founder.

Disisi lain, sang founder sudah mempercayakan setengah bisnisnya kepada co-founder, karena memang tugas dari co-founder adalah menjaga kepercayaan bisnis tidak hanya kepada founder tapi terhadap semua brand-bisnis yang sudah dititipkan oleh sang founder. Tapi jika kepercayaan itu tidak dipegang dengan baik, maka hasilnya delegasi value dan trust tersebut tidak sempurna, sehingga yang terjadi bukan semakin berkembang tapi semakin menurun, krn salah memberikan kepercayaan terhadap co-founder yang memang belum cocok dengan value bisnis / brand yang dibangun saat pertama.

Semua hal tersebut menyebabkan customer merasa bisnis / brand ini tidak sama lagi rasanya, sehingga mereka merasa tidak familiar dan merasa tidak safe/secure, karena apa? karena rasanya tidak sama saat ada co-founder, yang valuenya belum sempurna, sehingga perlahan customer pergi satu demi satu, akhirnya apa?

Bisnis / brand ditinggalkan perlahan..lalu, bagaimana bisnis tanpa customer?

Sudah jelas, bisnis tanpa customer akan mati, lalu apakah co-founder akan hadir saat kondisi paling pelik dalam sebuah bisnis? belum tentu, kecuali memang komitmen bersama hingga tanggungjawab bersama dibangun sejak awal. tapi disaat bisnis kehilangan arah, satu-satunya jalan untuk kembali adalah kembali ke visi misi awal, apa alasan bisnis itu berdiri dan ada.

Dan biasanya, itu ada di sang founder yang menciptakan bisnis / brand itu diawal. Itu adalah buah pikir dan karya yang sangat personal.

Apakah kamu (founder) punya pengalaman hal yang sama?

 

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles